Kamis, April 19, 2018

Pulau Nias, wisata adat dan eksotisme alam


Pulau Nias merupakan sebuah daerah kepulauan yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatera, memiliki luas wilayah 5.625 km² dan termasuk ke dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara. Pulau ini merupakan pulau terbesar dan paling maju di antara jejeran pulau-pulau lebih kecil di kawasan tersebut. Memiliki panorama keindahan alam pantai yang menakjubkan di berbagai spot wisatanya seperti Pantai Sorake, Pantai Lagundri, Pantai Pasir Berbisik, Pantai Toyolawa yang cocok untuk berbagai aktifitas wisata seperti menikmati keindahan panorama pantai, berselancar (surfing), menyelam (diving dan snorkeling) juga berenang atau aktifitas wisata pantai lainya.

Jumlah penduduk hampir sekitar 900.000 jiwa, agama yang di anut penduduk adalah mayoritas Kristen Protestan yakni sekitar 90%, sisanya beragama Katolik, Islam, dan Budha. Penduduk asli Pulau Nias merupakan suku Nias (Ono Niha) yang masih mempertahankan budaya megalitik. Hal ini menjadikan tradisi adat dan budayanya unik dan khas. Terdapat rumah tradisional, museum dan fahombo (lompat batu).

Ada beberapa spot wisata andalan Pulau Nias yang wajib untuk dikunjungi wisatawan karena pesona keindahan dan keunikan tradisinya. Spot-spot tersebut antara lain :
Pantai Pink Gawu Soyo
Merupakan pantai yang memiliki keunikan tersendiri yakni pasir pantainya yang berwarna pink seperti pantai pink yang ada di Pulau Komodo. Dalam bahasa Nias, Gawu Soyo mempunyai arti Pantai Pasir Merah. Menurut cerita masyarakat setempat warna pink pada pasir di pantai ini berasal dari sebuah kejadian pertumpahan darah pada jaman dahulu kala. Pantai Pink Gawu Soyo berada di Desa Ombolata, kecamatan Afulu, kabupaten Nias Utara. 
Pantai sorake
Pantai ini terdiri dari hamparan batu karang yang bertebaran, tidak memiliki pasir yang menghampar seperti pantai pada umumnya. Memiliki ombak yang cukup besar dengan ketinggian ombak dapat mencapai 10 - 12 meter dan cenderung stabil temponya sehingga cocok untuk berselancar. Mulai terkenal keseluruh dunia setelah ada event bergengsi Open Surfing Contest 2017. Menjadi tempat favorit untuk selancar (surfing) sangat ramai dikunjungi wisatawan khususnya pada bulan juni-juli. Sudah terdapat fasilitas utnuk wisatawan di sekitar pantai seperti penginapan dan hotel. Lokasi ini dapat di akses dari luar Pulau Nias menuju dermaga kapal Gunung Sitoli melalui jalur laut dengan jarak tempuh ± 85 mil, lama perjalanan ± 12 jam dengan mengunakan kapal feri dari Kota Sibolga, Sumatera Utara.
Pantai Lagundri
Terletak di kecamatan Teluk Dalam, kabupaten Nias Selatan, provinsi Sumatera Utara. Tidak terlalu jauh dari Pantai Sorake yakni hanya 2 km dan dari pusat kota Teluk Dalam berjarak sekitar 12 km. Memiliki panorama keindahan alam yang sangat eksotis dengan hamparan pasir putih yang terbentang luas. Merupakan salah satu lokasi selancar bertaraf internasional dari 10 lokasi surfing terbaik dunia. Memiliki ketinggian ombak yang mampu mencapai 7 hingga 10 meter dengan lima tingkatan pada bulan-bulan tertentu dan sisanya ketinggian ombak yang dimiliki hanya mencapai 3 sampai dengan 4 meter saja. Memiliki fasilitas wisata yang cukup memadai, tersedia penginapan dan rumah makan di sepanjang pantai.
Pantai Toyolawa
Terletak di daerah Nias Utara tepatnya berada di ujung Pulau Nias. Memiliki panorama keindahan alam pantai yang sangat eksotis dengan pasir unik berwarna merah berbeda dengan warna pasir pantai pada umumnya, memiliki ombak yang besar. Suasana pantai masih sangat alami dan sepi dengan pohon kelapa tumbuh subur berderet sepanjang pantai. Dapat diakses menggunakan jasa angkutan atau ojek dari Gunung Sitoli Lahewa.
Pulau Asu
Termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Merupakan pulau terpencil dan salah satu pulau terluar di Indonesia. Memiliki luas kawasan sekitar 18 km dengan jumlah penduduk sekitar 20 kepala keluarga. Memiliki panorama keindahan alam yang luar biasa dengan pasir putih yang bersih, air laut yang jernih dan deretan pohon kelapa. Memiliki ketinggian ombak sampai 4 - 7 meter dengan panjang ombak mencapai 200 meter cocok buat selancar (surfing). Memiliki keaneka ragaman hayati bawah laut yang indah dengan berbagai jenis ikan dan terumbu karang yang masih alami cocok buat para pecinta snorkeling dan diving. Dapat diakses dari Gunung Sitoli dengan menempuh perjalanan ke Kota Sirombu dengan lama waktu tempuh sekitar 2 jam dan dari Sirombu menuju ke lokasi dapat menumpang kapal reguler atau speed boat.
Tradisi Lompat Batu itu
Adalah salah satu tradisi yang berasal dari Desa Bawo Mataluo (Bukit Matahari), Nias Selatan, Sumatera Utara. Tradisi adat ini dilakukan para pemuda untuk menunjukan kedewasaan seseorang secara fisik, dilakukan dengan cara melompati tumpukan batu setinggi 2 meter dan tebal sekitar 40 cm. Tradisi Lompat Batu ini sudah dilakukan secara turun temurun dan merupakan salah satu tradisi yang cukup terkenal di Nias. Menurut  cerita penduduk setempat sejarah tradisi ini dilakukan untuk melatih fisik terutama ketangkasan dalam melompat bagi pemuda setempat jaman dahulu untuk menyerang pertahanan kampung lain yang biasanya dilindungi dengan benteng yang cukup tinggi. Pada saat ini tradisi lompat batu hanya ditampilkan pada acara adat juga pada saat pertunjukan bagi wisatawan. 

Sumber :








Editor : Eds Jr.

Sabtu, April 14, 2018

Wisata adat dan budaya di Danau Toba



Selain merupakan sebuah objek wisata yang memiliki panorama keindahan alam yang sangat eksotis luar biasa berupa hamparan air danau yang berwarna biru, udara yang sejuk serta pemandangan pantai berbatu dan berdinding bukit. Danau Toba juga memiliki suguhan wisata lain yang tak kalah menarik berupa keunikan legenda yang terdapat pada kepercayaan adat istiadat masyarakat, bangunan dan kesenian tradisional serta beberapa situs peninggalan Suku Batak.

Suku Batak itu sendiri merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia yang mendiami wilayah utara Sumatera. Terdiri dari Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing. Agama yang di anut Suku Batak pada umumnya agama Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Islam. Akan tetapi ada pula yang menganut kepercayaan tradisi leluhur mereka sampai saat ini yakni tradisi Malim dan juga animisme. Kepercayaan dan tradisi kuno, adat istiadat dan ritual Suku Batak masih dapat dijumpai pada saat ini khususnya di desa-desa adat.

Untuk mengenal lebih dalam keunikan adat istiadat, budaya dan situs peninggalan Suku Batak di daerah wisata Danau Toba, sebaiknya wisatawan mengunjungi spot spot wisata terkait tersebut selama berkunjung ke Danau Toba. Spot tersebut antara lain, berupa kampung adat, bangunan tradisional, situs peninggalan dan situs legenda. Beberapa spot tersebut antara lain :
Kampung Adat Huta Siallagan, Ambarita
Terletak di Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, merupakan sebuah kampung adat batak kuno. Dikelilingi tembok dari batu yang tersusun rapi setinggi 1,5 - 2 meter. Terdapat rumah-rumah adat batak yang masih berdiri kokoh sejak ratusan tahun lalu. Pada gerbang masuk kampung terdapat sebuah patung yang disebut Pangulubalang yang dipercaya penduduk setempat sebagai penjaga kampung. Perkampungan ini dibangun pada masa raja huta pertama yaitu Raja Laga Siallagan. Terdapat banyak situs peninggalan dan benda-benda kuno jaman dulu yang masih terawat dengan baik. Beberapa situs itu antara lain batu persidangan, yaitu berupa beberapa kursi terbuat dari batu yang menggambarkan seperti tempat persidangan lengkap dengan batu tempat eksekusinya.
Desa wisata kerajinan Ulos Lumban Suhi Suhi Toruan
Terletak di desa Lumban Suhi Suhi Toruan, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini terkenal sebagai pusat kerajinan kain tenun ulos yang biasa dekenakan oleh masyarakat batak pada beberapa acara adat misalnya pernikahan, pemakaman dan pesta marga. Kain tenun ulos dari desa ini memiliki corak khas tersendiri dalam setiap motifnya seperti motif Sadum, motif Sibolang, motif Bintang Maratur, motif Jugia, motif Lobu-Lobu, motif Suri Suri Ganjang, motif Runjat, motif Jungkit, motif Ragidup, motif Ragihotang dan lainnya. Kain tenun ulos ini dikerjakan sendiri oleh kaum perempuan penduduk setempat dengan tangan maupun alat tenun. Kain tenun ulos dari desa Lumban Suhi-suhi Toruan ini sudah terkenal sampai mancanegara dan seringkali diikut sertakan dalam promosi pada pameran pameran di mancanegara. Desa ini dapat di tempuh dari Pangururan melalui jalan darat dengan lama perjalanan sekitar 40 menit.
Makam Raja Sidabutar
Makam ini merupakan peninggalan jaman megalitikum dan telah berusia sekitar 450 tahun. Makam ini berbeda dari makam pada umumnya, jika biasanya peti mati berada di bawah permukaan tanah,  makam Raja Sidabutar terletak di atas permukaan tanah dan tersusun dengan bebatuan bersama dengan ukiran gambar. Terdapat ukiran gambar kepala besar dan ukiran gambar yang lebih kecil sebagai simbol dari sang raja dan permaisuri dari Raja Sidabutar, Boru Damanik. Di atas makam terbentang selendang di atasnya. Menurut cerita penduduk setempat, pembuatan makam dipersiapkan langsung oleh raja sendiri semasa hidupnya dengan memanggil tukang pahat yang tinggal di pulau samosir. Akses menuju lokasi Makam Raja Sidabutar ini menyebrang ke pulau samosir dengan menggunakan kapal Feri dan menuju Desa Tomok.
Wisata budaya boneka Sigale-gale
Merupakan boneka kayu yang menurut cerita turun temurun penduduk setempat dibuat untuk membahagiakan seorang raja dari salah satu kerajaan di Pulau Samosir yaitu Raja Rahat yang memiliki seorang putra bernama Raja Manggale. Wisata budaya boneka Sigale-gale dapat disaksikan dengan mengunjungi Desa Tomok.
Museum Simanindo & Hutabolon
Merupakan tempat peninggalan dari Raja Sidahuruk dan mulai dioperasikan sebagai museum sejak 1969. Pada halaman utama ada jalanan berbatu yang sudah ada sejak zaman dulu, jalan ini menuju lapangan dan beberapa rumah adat khas Batak yang berdiri disana beserta deretan tempat duduk batu berbentuk setengah lingkaran. Museum ini selain menyuguhkan benda benda peninggalan juga menyuguhkan pertunjukan seni budaya seperti tari khas Batak, pertunjukan kisah cerita (dongeng) dan seni musik tradisional,. Lokasi ini dapat di akses dari Pangururan dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. 
Pusuk Buhit bukit legenda
Merupakan perbukitan yang dipercaya penduduk setempat sebagai sebuah tempat dimana orang batak berasal. Menurut kepercayaan penduduk Batak, dahulu Siraja Batak diturunkan langsung di Pusuk Buhit. Kemudian Siraja Batak membangun perkampungan di salah satu lembah yang bernama Sianjur Mula-mula Sianjur Mula Tompa. Lokasi perkampungan pertama ini masih dapat dikunjungi sampai saat ini. Letak perkampungan itu berada di garis lingkar Pusuk Buhit di lembah Sagala dan Limbong Mulana. Lokasi ini dapat diakses melalui perjalanan darat menuju Pusuk Buhit dari dua arah. Satu dari arah dataran tinggi Tele dan dari Tomok (bagian Timur).
Batu Gantung, batu legenda
Merupakan situs legenda yang berupa tebing bukit bebatuan yang di tebingnya terdapat batu berbentuk orang bergantung, menurut kepercayaan batu ini merupakan seorang gadis yang bunuh diri karena tidak mau dijodohkan lalu kabur dan bunuh diri dengan cara melompat ke dasar tebing tetapi malah terjepit dibebatuan. Lokasi Batu Gantung ini berada terletak pada sebuah tebing yang hanya dapat dikunjungi menggunakan perahu melalui perairan Danau Toba.
Istana Sisingamangaraja
Berukuran luas sekitar 100 m x 100 m, terdapat tiga buah rumah yang disebut dengan rumah bolo, sopo parsaktian dan sopo bolon di dalam istana. Terdapat makam Sisingamangaraja ke-IX dan ke-XI didalam lokasi dan pada kompleks ini banyak terdapat berbagai bangunan-bangunan peninggalan sejarah berupa tempat pemujaan dan lain-lain. Disebelah kiri pintu masuk istana terdapat Batu Siungkap-ungkapon atau batu panungkunan boni, menurut cerita dari masyarakat setempat, bahwa batu itu digunakan sebagai tempat penyembahan untuk hasil panen pertanian yang melimpah. Lokasi Istana Sisingamangaraja di Desa Bakkara yang memiliki panorama pemandangan alam sangat indah.
Museum Batak Tomok
Merupakan tempat pengenalan kebudayaan, sejarah dan perjalanan suku Batak juga tempat untuk menyimpan benda-benda peninggalan kebudayaan dari Suku Batak jaman dahulu seperti senjata, pakaian adat, dan alat rumah tangga orang batak kuno. Desain bangunan Museum Batak ini dibangun menyerupai bentuk bangunan dari rumah tradisional adat batak dengan ornamen khas yang unik dan berwarna merah putih dan hitam yang merupakan simbol spiritual suku Batak. Museum ini memiliki fasilitas berupa laboratorium, ruang CCTV, ruang pelayanan, ruang utilitas, ruang pamer indoor tetap, ruang pamer temporer, ruang pamer benda khusus, ruang audio visual, ruang edukasi, mini cafe dan viewing pack. Lokasi museum ini terletak di daerah Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Itulah ulasan singkat mengenai objek wisata adat dan situs peninggalan yang ada di kawasan wisata Danau Toba. 

Sumber :

Editor : Eds Jr.

Senin, April 09, 2018

Taman Nasional Komodo


Taman Nasional Komodo
Merupakan sebuah kawasan prioritas konservasi global yang terletak pada wilayah Wallacea Indonesia tepatnya di pusat kepulauan Indonesia, antara pulau Sumbawa dan Flores atau perbatasan anatara provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Nusa Tenggara Barat. Didirikan pada tahun 1980 dengan tujuan untuk melestarikan komodo (Varanus komodoensis) beserta habitatnya. Komodo merupakan hewan jenis kadal terbesar di bumi, Komodo dewasa dapat tumbuh mencapai ukuran panjang tiga meter dengan berat mencapai 140 kilogram, Komodo telah hidup di Kepulauan Sunda Kecil Indonesia selama jutaan tahun. 
Komodo
Taman Nasional Komodo dikelola oleh pemerintah pusat Indonesia melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan. Dalam menjaga kelestarian keaneka ragaman hayati yang ada di wilayah kawasan Taman Nasional Komodo maka pihak pengelola Balai Taman Nasional Komodo menjalin berbagai kerjasama dengan berbagai pihak. Tujuannya adalah untuk melindungi kelangsungan hidup keanekaragaman hayati yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo baik yang terdapat di perairan maupun yang terdapat di daratan. Pengelola juga melakukan pengembangbiakan maupun pembibitan berbagai jenis ikan komersial untuk pengisian kembali pada daerah-daerah penangkapan ikan di sekitarnya. 
Pemeliharaan satwa dan habitat
Penelitian dan studi tentang fitur biologis dari taman ini juga dipromosikan dan didukung oleh otoritas manajemen untuk melindungi seluruh keanekaragaman hayati baik yang terdapat pada kawasan berupa daratan maupun yang terdapat pada kawasan perairannya. Karena keduanya merupakan indikasi penting biologis bagi dunia maka kemudian pada tahun 1986, Taman Nasional Komodo dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia dan Cagar Biosfer Manusia oleh UNESCO. Selain itu Kawasan Komodo National Park juga karena keunikanya diresmikan menjadi salah satu dari 7 keajaiban alam di dunia pada 13 September 2013 oleh New7Wonders of Nature.
Aneka satwa darat
Kawasan Taman Nasional Komodo meliputi tiga kepulauan besar yaitu Pualu Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar, serta sejumlah pulau kecil dengan total luas kawasan perairan dan daratan 1817 km. Selain habitat bagi komodo, Taman Nasional Komodo juga merupakan habitat dan tempat perlindungan bagi banyak spesies terestrial lainnya seperti burung gosok oranye, tikus endemik, dan rusa Timor. Sedangkan untuk kawasan perairannya Taman Nasional Komodo ini termasuk kedalam salah satu lingkungan perairan terkaya keaneka ragaman hayatinya. Didalamnya terdapat terumbu karang, bakau, padang lamun, gunung laut, dan teluk yang merupakan habitat bagi lebih dari 1.000 spesies ikan, sekitar 260 spesies karang pembentuk terumbu, dan 70 spesies spons, dugong, hiu, pari manta dan setidaknya 14 spesies ikan paus, lumba-lumba, juga penyu. 
Aneka satwa perairan laut
Pulau Komodo adalah bagian dari rantai kepulauan Sunda Kecil dan merupakan pulau utama terbesar yang terdapat di kawasan taman nasional komodo. Pulau Komodo memiliki luas kawasan permukaan daratan mencapai 390 kilometer persegi dengan jumlah populasi manusia lebih dari dua ribu jiwa. Penduduk asli Pulau Komodo adalah orang-orang suku Ata Modo dan pada perkembangannya bercampur baur dengan pendatang dari daerah lain seperti suku Bugis Sulawesi. Penduduk Pulau Komodo mayoritas menganut agama Islam, ada juga penganut agama Kristen dan Hindu. Penduduk Pulau Komodo sebagian besar berprofesi sebagai nelayan.
Wisata Pulau Komodo
Daerah wisata utama di pulau Komodo adalah Loh Liang, menyuguhkan habitat alami dari Komodo dan satwa lainnya seperti rusa, babi hutan dan berbagai jenis burung. Bukit  Sulfur yang menyuguhkan hamparan pemandangan yang indah. Terdapat juga kawasan menarik perairan untuk diving dan snorkeling yaitu sekitar pulau komodo, Padar dan Rinca yang memiliki keaneka ragaman hayati bawah laut dengan beragam spesies ikan, terumbu karang, lumba-lumba, paus dan juga penyu. Akses menuju Pulau Komodo dari Jakarta terdapat dua opsi penerbangan yaitu dengan penerbangan langsung menuju Bandara Komodo Labuan Bajo atau transit terlebih dahulu melalui Denpasar Bali. Dari Bandara Komodo perjalanan dapat dilanjutkan menuju Kampung Ujung yang berjarak sekitar ± 3 Km dapat di tempuh dengan ojek motor atau dengan taxi. 

Pulau Rinca
Memiliki luas daratan yang lebih kecil dibanding Pulau Komodo. Pulau Rinca juga memiliki landscape yang indah berupa padang savana yang sangat luas menghampar sampai ke atas bukit. Terlihat gersang namun itulah yang jadi pemandangan yang menarik di Pulau ini. Pulau ini merupakan habitat asli Komodo dan di huni oleh sekitar lebih dari 1500 ekor komodo, sehingga di pulau ini lebih mudah dapat ditemui Komodo. Komodo di Pulau ini memiliki karakter lebih agresif di banding dengan Komodo di tempat lain, Hal ini terjadi karena lingkungan geografis di Pulau ini yang sangat panas. Di pulau ini juga terdapat babi liar, kerbau juga burung.  Penduduk pulau Rinca memiliki kesamaan dengan penduduk Pulau Komodo, mereka terbiasa berdampingan dengan Komodo. Pulau Rinca dapat di akses melalui gerbang wisata di Loh Buaya. Dari Labuan Bajo menuju dermaga Loh Buaya dapat di tempuh dengan menggunakan kapal sewaan dengan lama perjalanan selama 2 jam. 
Pulau Padar
Menjadi destinasi utama di Taman Nasional Komodo karena keindahan landscape yang dimilikinya. Pulau Padar tidak dihuni Komodo karena telah terputusnya mata rantai makanan. Daya tarik utama dari Pulau Padar adalah pemandangan lansekap dari bukitnya yang begitu menawan. Keindahan pulau ini dapat dinikmati secara sempurna dari atas bukit yang ada di pulau itu. Perjalanan menuju puncak bukit dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 30 menit – 1 jam perjalanan. Akses masuk Pulau Padar dari Labuan Bajo dapat di tempuh dengan menggunakan kapal atau speed boat sewaan dengan lama perjalanan selama 30 menit – 1 jam. Selain tempat diatas, beberapa lokasi lain yang juga menarik untuk dikunjungi di kawasan taman nasional komodo dan sekitarnya seperti Pulau Kelor, Gili Laba, Pulau Kalong, Pulau Kanawa, dan lain-lain.

Sumber : 


Oleh : Eds Jr.

Jumat, April 06, 2018

Museum Benteng Vredeburg Yogjakarta

Bangunan Museum Benteng Vredeburg
Terletak di Jalan Jenderal A. Yani (Margo Mulyo) No. 6, Yogyakarta depan Gedung Agung dan Kraton Kesultanan Yogyakarta. Dibangun untuk pusat pemerintahan dan pertahanan residen Belanda pada masa pendudukan. Berbentuk persegi dikelilingi parit dengan menara pantau (bastion) di keempat sudutnya, di dalamnya terdiri dari bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah residen, pada masanya tempat ini ditempati ± 500 orang terdiri dari prajurit, petugas medis dan paramedis. Sebelum dibangun Benteng Vredeburg dilokasi ini, Sultan HB I telah lebih dulu membangun benteng sederhana berbentuk bujur sangkar dari tembok berbahan dasar tanah diperkuat dengan tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren dan bangunan di dalamnya terbuat dari bambu, kayu dan atap dari ilalang. Pada keempat sudutnya terdapat seleka atau bastion yang diberi nama oleh sultan. Jayawisesa (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaningprang (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara).

 Denah Museum Benteng Vredeburg
Sejarah berdirinya Benteng Vredeburg bermula pada tahun 1760 atas usulan Belanda kepada sultan agar diizinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton yang lokasinya menghadap ke jalan utama menuju kraton. Permohonan ini dikabulkan Sri Sultan Hamengku Buwono I (HB I). Kemudian pada tahun 1765, W.H.Ossenberch mengusulkan agar benteng diperkuat kembali menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin kemanan. Usul tersebut dikabulkan dan pengerjaan diawasi oleh ahli ilmu bangunan Belanda bernama Ir. Frans Haak. Pada tahun 1767 dilaksanakan penyempurnaan benteng sebagai pertahanan dan proses pengerjaan selesai tahun 1787. Setelah selesai kemudian diberi nama Rustenburg yang berarti 'Benteng Peristirahatan'.
Museum Benteng Vredeburg tempo dulu 
Tahun 1799 Belanda (VOC) mengalami kebangkrutan, benteng diambil alih oleh Bataafsche Republic (Pemerintah Belanda) di bawah Gubernur Van Den Burg dan dikelola oleh Koninkrijk Holland (Kerajaan Belanda). Memasuki masa kekuasaan Inggris tahun 1811 – 1816, benteng dikuasai oleh Inggris di bawah Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles, namun hanya sebentar dan kembali dikuasai Belanda. Tahun 1867 Yogyakarta dilanda gempa bumi besar, beberapa bangunan besar seperti Gedung Residen (dibangun tahun 1824), Tugu Pal Putih, dan Benteng Rustenburg serta bangunan lainnya mengalami kerusakan. Perbaikan segera dilaksanakan tidak lama setelah bencana. Setelah selesai masa perbaikan benteng berganti nama dari Rustenburg menjadi Vredeburg yang berarti 'Benteng Perdamaian'. Nama ini sebagai gambaran hubungan Kasultanan Yogyakarta dengan Belanda waktu itu. 
Benda peninggalan koleksi Museum Benteng Vredeburg
Pada tahun 1942 Jepang berkuasa, benteng dikuasai oleh Tentara Jepang dengan perjanjian Kalijati bulan Maret 1942 di Jawa Barat antara pihak Jepang dan Belanda. Pada Tanggal 7 Maret 1942, pemerintah Jepang memberlakukan UU nomor 1 tahun 1942 bahwa kedudukan pimpinan daerah tetap diakui tetapi berada di bawah pengawasan Kooti Zium Kyoku Tjokan (Gubernur Jepang) yang berkantor di Gedung Tjokan Kantai (Gedung Agung). Kekuatan tentara Jepang ditempatkan di Kotabaru dan berpusat di Benteng Vredeburg, Benteng Vredeburg dijadikan markas Kempeitei. Pada masa ini benteng Vredeburg juga digunakan sebagai tempat penahanan bagi tawanan orang Belanda, Indo Belanda maupun politisi Indonesia yang ditangkap. Penguasaan Jepang atas Benteng Vredeburg dari tahun 1942 - 1945.
Koleksi Museum Benteng Vredeburg
Masa selanjutnya Benteng Vredeburg dikuasai oleh Republik Indonesia (RI) dalam penguasaan instansi militer yang kemudian dipergunakan sebagai asrama dan markas pasukan yang tergabung dalam pasukan dengan kode Staf “Q” di bawah Komandan Letnan Muda I Radio, yang bertugas mengurusi perbekalan militer. Pada tahun 1946 di dalam komplek benteng didirikan rumah sakit tentara untuk melayani korban pertempuran dan keluarga tentara. Pada tahun 1946 kondisi politik Indonesia memanas saat terjadi perbedaan persepsi arti revolusi sampai akhirnya terjadi "peristiwa 3 Juli 1946", yaitu percobaan kudeta yang dipimpin oleh Jenderal Mayor Soedarsono. Karena usaha tersebut gagal maka para tokoh yang terlibat dalam peristiwa tersebut seperti Mohammad Yamin, Tan Malaka dan Soedarsono ditangkap dan menjadi tahanan politik. 

Koleksi Museum Benteng Vredeburg
Masa Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948, benteng menjadi sasaran pengeboman pesawat-pesawat Belanda. Kantor Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang berada di dalam hancur terkarena serangan. Bentengpun dikuasai tentara Belanda dan dipergunakan sebagai markas tentara yang tergabung dalam IVG (Informatie voor Geheimen) dinas rahasia tentara Belanda, asrama tentara Belanda dan penyimpanan senjata berat (tank, panser dan kendaraan militer lainnya). Pada tahun berikutnya, 1 Maret 1949 benteng menjadi salah satu sasaran serangan Tentara Republik Indonesia. Tentara Republik Indonesia beserta rakyat pejuang yang sedang berupaya menunjukkan eksistensinya kepada dunia internasional masa itu akhirnya selama ± 6 jam dapat menguasai Yogyakarta sampai bantuan tentara Belanda yang didatangkan dari Magelang tiba ke Yogyakarta.
  Fasilitas visual Museum Benteng Vredeburg
Masa berikutnya Belanda meninggalkan kota Yogyakarta, Benteng Vredeburg dikuasai oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia) dan dikelola oleh Militer Akademi Yogyakarta. Ki Hadjar Dewantara pada saat itu berencana menjadikan benteng sebagai pusat kebudayaan, tetapi gagasan itu terhenti oleh peristiwa pemberontakan G 30 S tahun 1965, lalu Benteng Vredeburg digunakan untuk tahanan politik. Pelestarian dimulai pada tahun 1976 dalam bentuk studi kelayakan oleh Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan selanjutnya dilakukan pemugaran. Tahun 1980 status pengelolaan diserahkan kepada Pemerintah Daerah Yogyakarta dengan piagam perjanjian oleh Sri Sultan HB IX (pihak I) dan Mendibud Dr. Daoed Joesoef (pihak II) tanggal 9 Agustus 1980. Pada periode ini Benteng Vredeburg dipergunakan untuk pendidikan dan latihan Dodiklat POLRI juga markas Garnisun 072 serta markas TNI AD Batalyon 403. 

Pada tahun 1981 ditetapkan menjadi cagar budaya berdasarkan Ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0224/U/1981 tanggal 15 Juli 1981. Selanjutnya tanggal 5 November 1984 Benteng Vredeburg dipersiapkan sebagai museum perjuangan nasional dibawah pengelolaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Piagam perjanjian serta surat Sri Sultan Hamengku Buwono IX Nomor 359/HB/85 tanggal 16 April 1985 menyebutkan bahwa perubahan-perubahan tata ruang bagi gedung-gedung di dalam kompleks benteng diizinkan sesuai dengan kebutuhan sebagai sebuah museum. Untuk selanjutnya dilakukan pemugaran benteng untuk dijadikan museum, pada tahun 1987 museum telah dapat dikunjungi oleh umum. Pengelolaannya terus disempurnakan oleh pemerintah melalui kementerian yang membawahinya sampai saat ini guna melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia wilayah Yogyakarta.

Museum Benteng Vredeburg menyuguhkan berbagai koleksi yang dimilikinya berupa bangunan, realia, benda visual, diorama. Fasilitas yang dimiliki antara lain ruang pengenalan, media interaktif dan ruang audiovisual untuk pemutaran film rerjuangan. Koleksi bangunan berupa parit yang mengelilingi benteng untuk pertahanan dan sarana drainase.  Jembatan, pada masanya berupa jembatan angkat (gantung) kemudian diganti dengan jembatan paten. Tembok benteng yang mengelilingi kompleks, berfungsi sebagai tempat pertahanan, pengintaian, penempatan meriam-meriam kecil maupun senjata tangan. Pintu gerbang, sarana keluar masuk benteng. Pintu gerbang berjumlah tiga buah yaitu di sebelah barat, timur, dan selatan. Bangunan-bangunan di dalam benteng (di bagian tengah) berfungsi sebagai barak prajurit dan perwira, yang kemudian pada perkembangan selanjutnya difungsikan sebagai tangsi militer. Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949.

Koleksi Realia, merupakan koleksi yang berupa benda (material) yang benar-benar nyata bukan tiruan dan berperan langsung dalam suatu proses terjadinya peristiwa sejarah. Antara lain berupa peralatan rumah tangga, senjata, naskah, pakaian, peralatan dapur, dan lainnya. Koleksi foto, miniatur, replika, lukisan, dan atau benda hasil visualisasi lainnya. Koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk diorama terdiri dari ruang diorama I menggambarkan peristiwa periode Perang Diponegoro - pendudukan Jepang di Yogyakarta (1825-1942), ruang diorama II, terdiri dari 19 buah diorama menggambarkan peristiwa Proklamasi - Agresi Militer Belanda I (1945-1947), ruang diorama III, terdiri dari 18 buah diorama menggambarkan peristiwa Perjanjian Renville - pengakuan kedaulatan RIS (1948-1949), ruang diorama IV, terdiri dari 7 buah diorama menggambarkan peristiwa Negara Kesatuan Republik Indonesia - Masa Orde Baru (1950-1974). Ruang pengenalan, berfungsi sebagai studio mini berkapasitas ± 50 orang untuk memutar film-film dokumenter dengan durasi 10-15 menit. Media interaktif berupa media layar sentuh berisi informasi sejarah dan ruang audio visual untuk pemutaran film perjuangan.


Sumber :


Editor : Eds Jr.




eds graphics & design

eds graphics & design
eds graphics & design advertise banner

EDs daily review